Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gotrek dan Sisi Maskulinitas Film Tilik

Gotrek dan Sisi Maskulinitas Film Tilik

Ada sisi maskulinitas Film Tilik yang mana digambarkan oleh pemain lelaki bernama Gotrek. Bagaimana Gotrek dan Sisi Maskulinitas Film Tilik? Berikut ulasannya.

Sosok lelaki bernama Gotrek adalah pemain lelaki yang menjadi supir truk di film Tilik. Imaos ingin menceritakan bagaimana peran seorang Gotrek dalam film tersebut. Sejauh yang kita tahu, film Tilik sangat populer di kalangan masyarakat.

Hal ini karena film tersebut mengangkat kisah yang sangat dekat dengan masyarakat Jawa, khususnya Yogyakarta. Kisah perjalanan ibu-ibu dari desa menaiki truk untuk menjenguk Bu Lurah di rumah sakit secara bersama-sama. Film pendek ini sangat fenomenal karena berhasil menangkap fenomena di kalangan masyarakat.

Film ini menekankan pada sosok Bu Tejo memainkan peran sebagai ibu-ibu yang hobi menggosip. Dalam film tersebut, adegan pembicaraan di atas truk lah yang menjadi sorotan. Bahkan, hanya Bu Tejo, Yu Ning, dan ibu-ibu lainnya yang dipertontonkan. Lalu, sosok Gotrek bagaimana?

Gotrek dan Sisi Maskulinitas Film Tilik

Sosok lelaki bernama Gotrek di film Tilik memang tidak banyak dipertontonkan. Tapi, sosok tersebut sangat merepresentasikan karakter maskulin. Dia adalah sosok yang diam dan bekerja untuk membuat para wanita sampai tujuannya.

Dalam film tersebut, Gotrek hanya tampil dalam empat scene saja. Dia hanya tampak saat awal perjalanan, saat berhenti di mushola, saat ditilang polisi, dan saat sampai di rumah sakit. Jika tidak peka, mungkin sosok Gotrek ini hanya dianggap angin lalu saja.

Tapi, jauh dari sekadar sosok yang diam. Gotrek sangat mencerminkan sosok lelaki di masyarakat pada umumnya. Di tengah obrolan ibu-ibu, Gotrek hanya diam sembari mendengarkan apa yang dibicarakan. Tak pernah sekali pun memotong pembicaraan.

Dia hanya berbicara secukupnya dan sesuai porsinya. Bahkan, sekali celetukannya membuat suasana tegang ibu-ibu yang sedang memperdebatkan tentang Dian.

Saiki ngene wae, Bu. Nek sing dadi lurah Dian wae piye?”

Pernyataan dari Gotrek tersebut merupakan bentuk sarkasme kepada ibu-ibu yang meributkan hubungan Dian dengan anaknya Bu Lurah. Dia ingin mengambil jalan tengah supaya obrolan yang menyudutkan Dian diakhiri dengan mencalonkan Dian sebagai lurah.

Sosok lelaki yang juga ditunjukkan Gotrek dalam film tersebut tampak pada scene akhir. Saat dia ditanya Bu Tejo untuk pergi ke Pasar Beringharjo, Gotrek menawarkan tawarannya terlebih dahulu kepada ibu-ibu yang lain. Bukan hanya menghormati Bu Tejo semata, tapi lelaki bernama Gotrek ini juga menghormati penumpang lain sebagai entitas yang perlu dipertimbangkan usulannya.

Sosok Lelaki Sedikit Bicara Banyak Bekerja

Dari film Tilik kita bisa melihat sosok Gotrek sebagai sosok lelaki yang mengutamakan tanggungjawabnya. Dia menjadi supir truk untuk ibu-ibu yang ingin menjenguk Bu Lurah di rumah sakit. Sekali pun banyak perdebatan dari ibu-ibu tentang Dian, Gotrek tidak ambil pusing dan tetap menjalankan misinya.

Seorang lelaki memang selalu ditampilkan dengan citra cool dan problem solver dalam banyak hal. Di film Tilik ini, Gotrek juga dicitrakan sebagai sosok lelaki yang bisa diandalkan. Dia juga tidak banyak bicara tetapi bagus dalam bekerja.

Film Tilik ini memang mengedepankan karakteristik ibu-ibu yang dikenal di masyarakat luas. Tapi, film ini juga tidak melupakan bahwa selalu saja ada peran lelaki di antara ibu-ibu ini. Meskipun selalu digambarkan diam, Gotrek memang menjadi wujud dari sosok lelaki yang direpresentasikan oleh masyarakat umum.

Parenting Milenial adalah rubrik khusus membahas seputar parenting dan keluarga milenial, kerja sama suaramilenia.id bersama imaos.id. Bagi kamu yang memiliki pengalaman seputar parenting dan keluarga milenial, boleh banget kirim pengalaman kamu ke sapasuaramilenial@gmail.com

Posting Komentar untuk "Gotrek dan Sisi Maskulinitas Film Tilik"